Alhamdulillahirobbil’alami...
kata yang selalu terlafaz dibibir dan terngiang dikalbu yang tak henti-hentinya
bergumam, tekat ini tak putus begitu saja setelah uji dan coba menimpa, segala
do’a terpanjat hanya kepada sang Ilahi Robby
Tuhan semesta alam. Setelah do’a,
usaha, ikhtiar dan akhirnya berpasrah diri hanya kepada-Nya. SNMPTN berlalu, SBMPTNpun
menyambut namun hasilnya tak berbeda, mungkin inilah takdir yang tertulis
dilauhul mahfus agar berusaha lebih dari yang lainnya. Sahabat-sahabat bersujut
syukur atas kelulusannya, berbeda dengan diri ini yang bersyukur atas pilu yang
menerpa. Restu yang tak menyatu menambah perihnya luka dikalbu ini. Aku memang hanyalah
seorang anak tiri dari keluarga sederhana yang nekat ingin melanjutkan pendidikan
ke Universitas Negeri. Dosakah aku bermimpi? Dosakah aku berusaha? sehingga Ayah
tiri tak merekalan istrinya meridhoi mimpi ini. Syurgaku berada dibawah telapak
kaki ibuku, syurga ibuku berada di tangan suaminya. Lantas apa yang hendak
kuperbuat untuk mengujudkan mimpi-mimpi itu? Aku tak mau mengubur mimpi yang
telah hadir dibenak ini begitu saja. Terisak tangis yang tak henti-hentinya
membuat mata tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, aku yang sejak kecil
terkurung dalam kamar tak kunjung keluar. Dalam pilu terlintas dipikiran untuk
tetap melanjutkan mimpi-mimpi itu. Bismillahirrohmanirrohim... Universitas
Pendidikan Ganesha, Jurusan Pendidikan Matematika akhirnya menjadi pilihan
terakhir untuk mimpi itu. Jalur mandiri mungkin nasip untuk mimpi ini, tekat
yang membara mengantarkanku untuk mendaftarkan diri dengan uang pas-pasan, tanpa
sepengetahuan mereka. Sunyi dan sepi, tak terdengar bisik apapun ditelinga ini
melainkan suara jengkrik dan suara anjing yang menggonggong, karena tekat dan
mimpi kulangkahkan kaki ini menuju kamar mandi yang berada dipojok luar
kegelapan, mengambil air udhu’ untuk tahajjut, istikharah dan berhajat kepada
sang Ilahi yang telah mengatur hidup ini. Segala rintihan do’a tercurahkan
hanya kepada-Nya, cucuran airmata berlinang karena rintih yang terpanjat tak
tertahan jua. Suasana hati yang tentram dan damai menyambar dalam ketenangan,
mata tak jua terpejamkan hingga lantunan ayat suci terdengar sampai suara adzan
berkumandang. Hari terus berlalu kebiasaan inipun tak kunjung pudar,
senin-kamis tak terputus jua.
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Tuhan memang tidak buta dan tidak tuli, do’a yang tak putus terpanjat akhirnya terkabulkan. Janji-janji yang jelas pada firman-Nya takkan
di ingkari-Nya “ Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
setelah kesulitan itu ada kemudahan”. Tak ada yang mustahil jika Dia
berkehendak. Akhirnya pilihan dalam istikharah terwujud jua, mungkin inilah langkah
awal mimpi-mimpi ini akan menjadi nyata. Kebingungan kini kembali menyapa diri
ini, apa yang hendak ku katakan pada kedua orang tuaku yang tak menyetujui
tekat ini.
Dengan
kata Bismillah ku katakan pada mereka apa yang terjadi sebenarnya, setelah
mengetahui hal itu ayah tiri yang dulunya bersikeras tak mengizinkan akhirnya luluh, hingga ridho ibupun menyertai langkah ini. Tepat tanggal 3 agustus serombongan keluarga besar mengantar sampai pelabuhan, isak tangis haru bahagia kini hadir dalam hidup ini, gengaman erat dan peluk bunda yang hangat terpaksa terlepaskan, aku yang mulanya terkurung akhirnya keluar hingga kepulau seberang demi mimpi yang ku harapkan, kapal dermaga melintas jauh dari pelabuhan tak terlihat setitik rupa yang mengantarkan tadi, air mata terus berlinang menatap kearah pulau seberang yang sudah terlewatkan. Aku harus merelakannya, aku harus mengikhlaskannya walau pedih terasa, demi mimpi-mimpi yang akan ku gapai. Meski berkata demikian namun berat rasa di qalbu, anak yang tak pernah jauh dari orang tua kini terpisahkan, siang berganti malam namun dipikiran ini selalu terbayang sosok yang sulu tak pernah terpisahkan, tak kuasa diri ini menahan rindu yang membara, badan mulai menggigil, panas tak kunjung turun, sesak semakin menjadi, sakit yang selalu kuderita kini kambuh lagi, kekhawatiranpun kembali menerpa, kawan yang senantiasa merawat dan menjaga ingin melapor kepada sosok yang dirindukan yang berada diseberang sana, namun ku tak ingin mereka tau sebab mimpiku yang mesti ku gantungkan harapan, mereka akhirnya mengerti dan tak jadi melaporkan keadaan ini. Pagi-pagi sekali teman-teman mengantarkan ke RSUD Singaraja. Hari terus berlalu, Masa Orientasi Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa baru Universitas Pendidikan Ganesha esok akan terlaksana jua, sedangkan tubuh ini masih lemah tak berdaya, padahal itu adalah persyaratan utama sebagai mahasiswa baru yang akan diterima di Universitas tersebut. Akankah aku akan gugur menjadi seorang mahasiswa, akankah kukubur dalam-dalam mimpi yang selama ini kupendam. “Ya Allah Tuhanku Robby kuatkanlah hati dan sanubari ini menahan segala cobaan yang Engkau karuniakan kepada hamba, berilah secercah harapan untuk bisa menggapai mimpi yang telah lama terpendam ini, hanya kepada-Mulah hamba memohon, hanya kepada-Mulah hamba meminta.” do’a yang terpanjatkan dalam tahajjutku malam itu. Tubuh yang masih lemas terbaring di atas sajadah dengan muknah, beberapa menit terbaring terdengar suara tetangga dikos sebelah yang bersiap-siaga untuk mengikuti MOS, dalam lelap ku terbangun kemudian bergegas untuk mengikuti MOS hari itu, tak disangka tubuh yang lemas terasa segar dan bugar dipagi itu, kejadian ini merupakan suatu keajaiban bagi diri ini, kuasa-Nya memang tidak bisa dipungkiri. MOS bisa ku ikuti sampai akhir, OKK Fakultas selama satu minggu kulalui, OKK jurusanpun ku lalui sabtu-minggu selama tiga bulan penuh.
mengetahui hal itu ayah tiri yang dulunya bersikeras tak mengizinkan akhirnya luluh, hingga ridho ibupun menyertai langkah ini. Tepat tanggal 3 agustus serombongan keluarga besar mengantar sampai pelabuhan, isak tangis haru bahagia kini hadir dalam hidup ini, gengaman erat dan peluk bunda yang hangat terpaksa terlepaskan, aku yang mulanya terkurung akhirnya keluar hingga kepulau seberang demi mimpi yang ku harapkan, kapal dermaga melintas jauh dari pelabuhan tak terlihat setitik rupa yang mengantarkan tadi, air mata terus berlinang menatap kearah pulau seberang yang sudah terlewatkan. Aku harus merelakannya, aku harus mengikhlaskannya walau pedih terasa, demi mimpi-mimpi yang akan ku gapai. Meski berkata demikian namun berat rasa di qalbu, anak yang tak pernah jauh dari orang tua kini terpisahkan, siang berganti malam namun dipikiran ini selalu terbayang sosok yang sulu tak pernah terpisahkan, tak kuasa diri ini menahan rindu yang membara, badan mulai menggigil, panas tak kunjung turun, sesak semakin menjadi, sakit yang selalu kuderita kini kambuh lagi, kekhawatiranpun kembali menerpa, kawan yang senantiasa merawat dan menjaga ingin melapor kepada sosok yang dirindukan yang berada diseberang sana, namun ku tak ingin mereka tau sebab mimpiku yang mesti ku gantungkan harapan, mereka akhirnya mengerti dan tak jadi melaporkan keadaan ini. Pagi-pagi sekali teman-teman mengantarkan ke RSUD Singaraja. Hari terus berlalu, Masa Orientasi Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa baru Universitas Pendidikan Ganesha esok akan terlaksana jua, sedangkan tubuh ini masih lemah tak berdaya, padahal itu adalah persyaratan utama sebagai mahasiswa baru yang akan diterima di Universitas tersebut. Akankah aku akan gugur menjadi seorang mahasiswa, akankah kukubur dalam-dalam mimpi yang selama ini kupendam. “Ya Allah Tuhanku Robby kuatkanlah hati dan sanubari ini menahan segala cobaan yang Engkau karuniakan kepada hamba, berilah secercah harapan untuk bisa menggapai mimpi yang telah lama terpendam ini, hanya kepada-Mulah hamba memohon, hanya kepada-Mulah hamba meminta.” do’a yang terpanjatkan dalam tahajjutku malam itu. Tubuh yang masih lemas terbaring di atas sajadah dengan muknah, beberapa menit terbaring terdengar suara tetangga dikos sebelah yang bersiap-siaga untuk mengikuti MOS, dalam lelap ku terbangun kemudian bergegas untuk mengikuti MOS hari itu, tak disangka tubuh yang lemas terasa segar dan bugar dipagi itu, kejadian ini merupakan suatu keajaiban bagi diri ini, kuasa-Nya memang tidak bisa dipungkiri. MOS bisa ku ikuti sampai akhir, OKK Fakultas selama satu minggu kulalui, OKK jurusanpun ku lalui sabtu-minggu selama tiga bulan penuh.
Kini
aku resmi menjadi mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Matematika. Ditempat yang baru, suasana yang baru, semangatpun juga harus baru.
Namun UNDIKSHA yang terletak di bali ditengah keminoritasan muslim yang rupanya
sulit untuk menyesuaikan diri, mungkin inilah yang membuat orang-orang tak
percaya dengan mimpi yang akan ku raih disini. Rupanya aku tak bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan, dengan pakaian yang ku kenakan yang jauh
berbeda dari mereka-mereka, sehingga timbul banyak pertanyaan dari teman-teman
baruku, “kenapa kulitmu tak ada yang nampak melainkan muka dan tanganmu?” tanya
mega salah seorang temanku yang menganut agama hindu, “karena inilah
kewajibanku seorang muslim untuk menjaga diriku” jawabku dengan nada biasa.
“kamu kok taat banget sih sama aturan agamamu, padahal banyak teman-teman
muslim lainnya tapi tidak ada yang seperti kamu, kenapa kok bisa seperti itu?” tanyanya
lagi dengan suara lebih lantang, “namanya juga aturan meg, aturan dibuat untuk
ditaati, tapi tidak sedikit yang melanggar, sehingga aturanpun dibuat untuk ditaati
dan juga untuk dilanggar meskipun itu tak diinginkan, negara kitapun begitu
bukan, ada banyak aturan-aturan tapi banyak juga yang melanggar aturan tersebut,
mungkin begitu juga dengan aturan agama.” Jelasku kepadanya, “ iya juga sih,
tapi kenapa kok kamu mau kuliah disini padahal banyak universitas yang lain?”
tanyaya lagi “karena mungkin nasib mengantarkanku melanjutkan perjuangan
disini.” Jawabku dengan singkat.
Memang
harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada di bali namun tak mesti
dengan pakaian yang kita kenakan . Dijalan gunung agung no.9 tempat kos pertama
di rantauan, bersama sahabat-sahabat seperguruan sejak SMA dan kakak-kakak tingkat
di UNDIKSHA. Sore itu sepulang dari kampus, ada sosok yang tak pernah terlihat
menyapa dengan lembut, seseorang yang tak pernah kulihat sebelumya. Memang
selama berada dikos mukanya tak pernah terlihat, mungkin karena sibuk dengan
urusannya dikampus dan diorganisasi yang baru saja diamanahkan kepadanya. Sore itu akhirnya terjadi perbincangan
diantara kami selayaknya seorang adik tingkat dengan kakak tingkat yang jauh dari orang tua. Tanpa disadari
ternyata dia mengenal sosok diriku yang tak asing baginya, ternyata dia SMA di
kampung tempatku tinggal dulu, katanya dia sering melihat diri ini yang tiap
pagi berdiri dipinggir jalan menunggu angkot yang akan mengantarkanku di SMAN 1
Aikmel yang cukup jauh dari kampung dan tiap sore turun angkot yang mengantarkanku
pulang ke kampung halamanku. Setelah beberapa lama, perbincanganpun berakhir
karena malam yang semakin larut maka kami menuju kamar masing-masing. Pagi-pagi
sekali ku langkahkan kaki menuju kampus yang membutuhkan waktu kurang lebih 20
menit dengan jalan kaki, tersetak sejenak saat suara VARIO menuju langkah ini,
dia ternyata menghentikan langkah ini dan mengajak untuk berangat bareng,
sehingga kamipun kekampus bersama. Handpone butut yang jarang berdering
ternyata berdering jua, sms masuk menanyakan
posisi dimana, aku yang pura-pura sok tau membalas dengan jelasnya, dibalasnya
lagi dengan mengajak pulang bareng, terlintas difikiran sms ini adalah dari
orang yang tadi pagi, hingga kembali ku balas dengan berkata iya. Syukurnya apa
yang ku tebak tak salah, kamipun
akhirnya pulang kekos bareng. Hari terus berlalu, berangkat dan pulang bersama kini
menjadi hal yang biasa, bahkan saling mengasihi. Suatu ketika dia meminjam
TOSHIBA kenangan dari sang bunda dan membuka file-file yang ada didalamnya, curhatan
hati yang tertulis didalamnya dibaca juga, cerita sedih dan bahagiaku kini
telah diketahui. Rasa malu terkadang hadir ketika bertemu dengannya.
Dalam
gelapnya malam, langit dihiasi dengan bintang-bintang dan rembulan ditambah
dengan pancaran kilau kembang api. Tahun baru kini kurasakan dinegeri seberang
jauh dari pada keluarga, malam itu 1 januari dipelabuhan singaraja kami
menyaksikan pergantian tahun baru hijriah, suasana yang tak pernah kurasakan
menyambut tahun baru didesa kini kurasakan jua. Kembali diungkitnya janji yang
telah diucapkannya beberapa bulan lalu.
Kini
tersadar bahwasanya aku hanyalah insan yang tercipta yang mempunyai hatinurani
dan rasa rindu. Cinta dan rindu yang bermula daripada Adam dan Hawa, dikisahkan
oleh Yusuf dan Zulaikha, di abadikan oleh Shah jehan dan Mumtaz shah, diperikan
oleh Romeo dan Juliet, di ceritakan oleh Rama dan Sita dan dilakonkan oleh
Laila Majnun, mungkin kini kitalah yang akan meneruskannya. Sungguh bahagianya
insan yang telah menemukan Cinta dan Rindu sejati, akankah diri ini juga dapat
menemukan cinta dan rindu sejati ? atau mungkinkah dia orang yang telah berkata
janji diatas janji-Nya sang Ilahi Robby yang akan memberikan cinta dan rindu
sejati? Hati yang bimbang kini bertanya-tanya, ada apakah dengan diri ini? Dalam kebimbangan terlintas sejenak mimpi yang
hendak ku gapai, “aku harus menggapai mimpi-mimpi ini terlebih dahulu.” kata
yang bergumam dihati. Kini ku fokuskan diri ini untuk terus belajar dan
memperbaik diri agar mimpi-mimpi itu bisa kugapai.
Dalam
perjalanan menggapai mimpi terlintas firman Allah Swt dalam Q.S An-Nuur:26
“wanita-wanita yang keji diperuntukkan bagi laki-laki yang keji. Laki-laki yang
keji diperuntukkan bagi wanita yang keji. Dan wanita-wanita yang baik
diperuntukkan bagi laki-laki yang baik. Laki-laki yang baik diperuntukkan bagi
wanita yang baik”. Firman ini mengingatkanku agar terus memperbaiki diri hingga dia yang datang nanti adalah dia yang
terbaik yang dipilihkan Allah swt. Jika yang terbaik itu dia maka nanti dialah
yang akan datang yang hendak memberikan cinta dan rindu sejati yang dijanjikan
kalau bukan maka akan ada yang lebih baik darinya yang telah dijanjikan yang
akan memberikan cinta dan rindu sejati
InsyaAllah. Namun dalam garis besar mimpi-mimpi itu harus tercapai, menjadi
yang terbaik dimata Allah dan orang-orang yang selalu kurindukan, dan mimpi
yang lama ku gantungkan yaitu aku yang bisa bermanfaat bagi diriku sendiri,
bagi orang-orang yang ku sayangi dan bagi ummat yang membutuhkanku, tak lupa
pula mimpi ke tahan suci beserta orang tua dan suami nanti. Semoga jalan hijrah
ini diridhoi sang Ilahi Robby. Aamiin Ya Robbal’alamin
By: Rina Marwati
0 komentar:
Post a Comment