“Megengan” Kebudayaan Islam Mojokerto Oleh: Ummi Fatimatus Zuhdiyah

Posted by

“Megengan” Kebudayaan Islam Mojokerto
Oleh: Ummi Fatimatus Zuhdiyah
Apa itu Kebudayaan? Kebudayaan sendiri adalah  hasil pemikiran, kebiasaan dan adat istiadat yang dilakukan oleh suatu kelompok atau golongan disuatu wilayah. Beberapa ahli mengemukan beberapa pendapat yang berbeda, salah satu diantaranya yaitu Prof. Dr. Koentjaningrat (bapak antropologi Indonesia sekaligus penulis buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia), kebudayaan berasal dari bahasa Sangserkerta yaitu Budhayah yang merupakan bentuk jaka dari Budhi yang berarti akal. Jadi kebudayaan dapat diartikan sebgai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Kebudayaan Islam merupakan hasil pemikiran, kebudayaan dan adat istiadat yang bersal dari sekelompok atau golongan yang beragama Islam yang menjadikan hal atau suatu benda menjadi cir khas atau pembeda Islam dengan yang lainnya. Kebudayaan Islam banyak sekali tersebar diseleuruh penjuru dunia tanpa terkecuali, seperti adanya Blue Mosque (Turki), Seville Catherdal (Sevile sekitaran wilayah Spanyol) yang dulunya adalah Masjid Al Mohad, Alcazar Palace atau Al Qast. Selain contoh yang disebutkan tadi juga terdapat masjid yang cukup terkenal karena keindahanya di Rusia yaitu masjid Qulsharif yang terletak di daerah Kazan. Salah satu kebudayaan Islam lainnya yaitu Kota Tua Bulgar yang menjadi tempat kelahiran Islam di  Tatatstan. Yunani juga memiliki bukti kebudayaan Islam yaitu Pathernon di Athena yang dulunya pernah menjadi masjid serta di Thrace banyak terlihat arsitektur bangunan Yunani-Islam. Yunani disebut oleh DInasti Utsmani dengan Tourkokratia, sehinggabanyak sekali peninggal Ottoman di Yunani.
Indonesia sendiri sebagai Negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak didunia tentunya memiliki banyak sekali kebudayaan bernafaskan Islam, seperti Halal Bihalal (tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Muslim Indonesia pada saat Hari Raya Idul Fitri yaitu dengan berkunjung ke rumah sanak saudara, tetangga dan teman untuk sekedar meminta maaf dan menyambung tali silaturahmi yang biasanya dilakukan dengan prinsip yang muda mendatangi yang lebih tua), Kupatan (tradisi di Pulau Jawa7 hari setelah hari raya Idul Fitri dengan cara memeacak ketupat dan membagikannya kepada tetangga dengan tujuan bersedekah), Sekaten ( tradisi di Pulau Jawa yang merupakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadaka setiap tanggal 5 bulan Mulud di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta, sumber:Wikipedia). Contoh lainnya dari kebudayaan Islam di Indonesia yaitu Kerobok Maulid ( tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW d pada tanggal 12 Rabiul Awwal yang berlangsung dikawasan kedaton kutai), serta ada pula acara besar Grebek Besar ( upacara tradisional tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada saat perayaan Idul Adha di Demak atau lebih tepatnya di masjid Agung Demak), selain itu ada pula kebudayaan Jawa yang berunsurka  Islam yaitu Rabu Wekasan ( sebuah nama di hari rabu terakhir dibulan Shafar pada kalender Jawa yangditandai dengan serangkaian upacara adat Safaran dan bertujuan tolak balak) dan Megengan (sebuah tradisi yang dilakuakn sebelum datangnya bulan Ramadhan)
Megengan sendiri merupakan sebuah tradisi yang ada dipulau Jawa, khususnya didaerah Mojokerto yang dilakukan 1 hari sebelum datangnya bulan suci Ramadhan dengan cara berkunjung ke makam sanak suadara dan membagikan berkat sedekah. Magengan sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “Mageng” yang bererti Menahan(ngempet) yang artinya mengingatkan kepada masyarakat sekitar bahwa senetar lagi bulan puasa tiba.
Sebelum kedatangan wali songo di Pulau Jawa,  tradisi Megengan sudah ada semenjak pemerintahan Majapahit yakni Ruwahan ( bersal dari kata “Ruwah” yakni bulan ketujuh pada penanggalan Jawa. Kata Ruwah memiliki makna “Arwah” yang berarti roh leluhur nenek moyang). Setelah kedatangan Wali Songo di pulau Jawa, tradisi pelan-pelan diubah  dengan pelaksanaan dan nama yang berbeda. Diyakini bahawa Sunan Kalijaga-lah yang memeperkenalkan tradisi ini. Pada saat itu Sunan Kalijaga berdakwah pada masyarakat Jawa pedalaman dengan menggunakan metode akulturasi budaya, yang saat itu Magengan adalah pembelokan adat local, yang dahulu masih terdapat tradisi sesajen  dalam ruwah-an yang dipersiapkan khusus untuk arwah dan tidak boleh dimakan. Perlahan tradisi tersebut dirubah oleh Sunan Kalijaga dengan adar Megengan  yaitu sesajen  diubah menjadi sedekah makanan yang akan dibagikan dan dimakan bersama.
Di Mojokerto sendiri tradisi ini selalu dibarengi dengan berziarah kemakam sanak saudara pada pagi, siang, atau sore hari sebelumm datangnya bulan suci Ramadhan. Kemudian dilanjtkan dengan Kenduren (istilah Jawa, Istilah Idonesia: Kenduri) pada sore harinya yang diadakan secara bergantian pada setiap rumah atau bisa juga membawa berkat (makanan yang akan dikendurikan) tersebut ke Masjid.
Tradisi Megengan merupakan tradisidi Pulau Jawa yang tidak ditemukan didaerah lain. Tradisi ini memiliki pesan yag dapat diambil diantaranya menjaga tali silaturahmi agar tetap harmonis dengan masyrakat sekitar, keteghan dalam menjaga tradisi, keteguhan dalam menjaga warisan budaya serta menghormato jasa para leluhur melaui do’a-do’a.


Blog, Updated at: 22:38

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Follow Twitter Kami

Powered by Blogger.